Isnin, 11 Jun 2012

KISAH HATI

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya kebelakangan ini selalu tampak murung.


" kenapa kau selalu murung, nak?" Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana pergi wajah bersyukurmu?" Sang guru bertanya.


"Guru, kebelakangan ini hidup saya penuh dengan masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah yang datang seperti tiada kesudahan," jawab murid muda itu.


Sang guru itu tersenyum ."Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam dan bawalah ianya ke mari. Biar ku perbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelahan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali dengan membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.


"Cuba ambil segenggam garam dan masukkan ke dalam segelas air itu," kata Sang guru. "Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis kerana meminum air masin.


"Bagaimana rasanya?" tanya Sang guru.


"Masin, dan tekak ku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.


Sang guru ketawa melihat wajah muridnya yang meringis kemasinan.


"Sekarang kau ikut aku." Sang guru membawa muridnya ke danau berdekatan dengan tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tidak dilakukan kerana rasanya tidak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu fikirnya.


"Sekarang, cuba kau minum air danau itu," kata Sang guru sambil mencari batu yang datar untuk didudukinya. 


Si murid menadah kedua tangannya, dan mencedok air danau lalu membawanya ke mulut dan meneguknya. ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggoroknya, Sang guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya"?


"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan belakang tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"


"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru tersenyum memerhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


"Nak," kata Sang guru setelah muridnya selesai minum." Segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu segitu sahaja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian juga. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."


Si murid terdiam, mendengarkannya. 


"Tapi Nak, rasa 'masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu' (hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu seperti sebesar danau."

" Sebaik-baik harta yang miliki adalah yang mendatangkan manfaat, seagung-agungnya ilmu yang anda miliki adalah yang meninggikan darjat, sebaik-baiknya rumah adalah yang memberikan keluasan dan sebaik-baiknya sahabat adalah yang sering menasihati anda"

Tiada ulasan:

Catat Ulasan